Maunii (Kapak Batu suku Mee)

.                     Foto penulis 

     Maumii (Kapak Batu asal Suku Mee) 
          
            Oleh: Yohanes W. Petege*)

Kapak batu merupakan alat yang digunakan pada kehidupan sehari hari oleh masyarakat pada zaman batu untuk keperluan sehari hari.

Maumii”(Kapak batu) adalah salah satu alat tajam tradisional dari suku Mee. Maumii sendiri di fungsikan sebagai alat untuk memotong kayu atau pohon, Dari hasil penelitian diketahui bahwa keberadaan kapak batu saat ini masih difungsikan dalam beberapa suku di Papua untuk upacara-upacara adat, upacara kematian, religius, berkebun dan berladang. Manusia Mee dengan alat tradisional yang telah lamah di kenal dengan namanya alat “Maumii” atau dengan sebutan linguistik melayu kapak batu ini bukan sebuah alat yang dipadangan sebelah mata oleh sepihak atau pemiliknya namu, kapak batu sebagai asumsi tinggi dalam suku mee dimana para leluhur peradabahkan kepada rel generasi ke generasi di suku bangsa Meeuwoodidee. Oleh karena itu, Mayoritas penduduk asli suku bangsa Meuwodidee dapat peka dan menyimpan dengan baik apa yang telah di berikan oleh kaum leluhur orang mee atas :Maumii” atau kapak batu. 

Kapak batu “Maumii” hampir di lupakan oleh mayoritas bangsa suku Mee dengan berjalannya waktu dan peradaan berganti jaman membuat semua alat-alat bahkan busana tradisional terlupakan segampang itu. Kita bisa melihat dimana ada kapak batu pada suku mee? Siapa yang masih menyimpan kapak batu? bagaimana bentuknya kapak batu? untuk manusia mee mempertanyaan beberapa rumusan masalah ini maka mayoritas mee kembali mengupas dan bertanya-tanya dimana dan siapa yang masih meyimpan kapak batu karena dijaman milenial membuat kita runtuh akan lupa budaya jati diri kita yang sesunggunya. Oleh sebab itu, saudara saudari bapak ibu marilah kita melestarikan apa yang ada pada budaya kita sendiri dan mampu untuk menginovasikan bagaian daripada yang tersisa identitas diri pada bangsa suku Mee. Jaman milenial mebuat manusia suku Mee melupakan jantungnya sendiri bahkan hilang akan gambar umumnhya pula, kita tahu apa yang di sebabkan sehingga budaya suku Mee mati lantaran kehadiran budaya-budaya luar atau asing. 

Budaya asing hadir bukan untuk membangkitkan marthbat budaya suku bangsa Mee melainkan melupakan membunuh, mencuri menguburkan identitas diri yang natual maka dengan hal baru itu taktik manusia Mee yang benar bahkan ilmiahwi dalam askep berpikir, berbicara, berdoa, berjalan, berburu, mata pencaharian, linguistik, organisasi sosial, relijius, mati punah hapis berkeping-keping atas manusia Mee menerima kehadiran sosok budaya asing itu sendiri.  

Generasi kita adalah generasi modern yang dapat dikatakan sebagai generasi yang akan lupa semua budaya suku bangsa Mee terlupa bukan karena benci ataupun terlepaskan tetapi, disebabkan dengan adanya kehadiran budaya kecantikan asing itu kini membuat generasi yang musti di pertahankan budaya sendiri meminta di lupakan.

 Budaya sebagai sepasang kekasih yang tak layak di pilahkan dari kehidupan yang nyata akan hidup ini dalam kandang suku Mee, maka generasi modern kita tidak harus tertipu akan kaya budaya asing yang datang hadir membnuh identitas sukma kita yang asli melainkan bagaimana kita melawan agar alat kapak batu “Maumii” dapat hadirkan kembali dalam tungku api suku mee sendiri agar kapak batu sebagai alat yang muliah bagi leluhur dan masyarakat suku mee tetap kokok mendasi kehidupan orang Mee. 

Tak ada orang selain aku mencari keberadaan kapak batu?
Bukan aku yang mencari siapa lagi? 
Kerinduan budaya adalah kerinduan kekasih yang telah hilang.

Penulis adalah Mahasiswa UNCEN Jayapura Papua. 

Gubuk Timeepa, 28 Oktober 2022

Salam penulis: Petege Busurkecil ✍️
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN DENGAR KATA MEREKA

Tanah Papua, Medan Komfik Paling Subur