Tanah Papua, Medan Komfik Paling Subur
Foto penulis
Tanah Papua: Medan Konflik Paling Subur
Oleh: Yohanes Weneity Petege*)
Tanah Papua bukan tanah damai. Mengapa demikian? Dikatakan bahwa tanah Papua bukan tanah damai, karena di atas tanah Papua masih banyak terjadi konflik kekerasan terhadap orang Asli Papua (Selanjutanya Baca OAP) dan tanah Papua. Sejumlah konflik kekeran yang sudah dan sedang terjadi di atas tanah Papua itu ialah, seperti pelanggaran HAM, eksploitas Sumber Daya Alam dan masih banyak sejumlah kasus pelanggaran atau Konflik lainnya.
Dalam kaitannya dengan ini, Almarhum Dr. Neles Kebadabi Tebai, Pr (Kordinator Jaringan Damai Papua) menulisnya bahwa Tanah Papua adalah selin dikenal sebagai Tanah yang kaya akan sumber Daya Alamnya. Tetapi di lain sisi, Tanah Papua juga dikenal dengan mendang konflik paling unggul dan subur di tanah Papua. Pernyayaan ini, Dr. Neles Tebai, Pr, menulisnya dalam buku Dialog Jakarta Papua, Sebuah Persepktif Papua. (Tebay: 2010;13).
Semua konflik itu terjadi karena, sejumlah faktor yang disebakan oleh pemerintah Jakarta, terutama di erah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh Ir. Joko Widodo, seorang presiden Negara Republik Indonesia (Selanjutanya baca NKRI) di seluruh Nusantara. Semasa pimpinnya, Ia (Presiden Ir Joko Widodo) memenerang OAP di atas tanah Papua dengan dua cara, yakni, secara halus dan kasar.
Pertama; dengan sisitem kekerasan yang dilakukannya, melalu kekuatan operasi militer, yang melibatkan sejumlah TNI/ Porli di atas tanah Papua. Dengan cara ini, Ia melenyapkan hak hidup OAP di atas tanah Papua secara singkat. Kedua, melalui cara haluas, Artinya, Ia melenyapkan dan menyingkirkan OAP melalui represi (Tekanan) psikologis terhadap OAP dengan menerapkan sistem pemerintahan yang tidak menjamin hak hidup bagi OAP di atas tanah Papua. Misalnya, Kemiskinan yang palinng tinggi di tanah Papua. Semuanya dilakukan oleh seorang presiden, yakni Ir Jokowi. Presiden republim Infonesia.Dengan maksud, agar OAP musnah, Lenyak dari tanah warisan leluhur bangsa Papua, tanah penuh susuh dan madu.
Tanah itu (Tanah Papua) yang dijuluki sebagai tanah pulau surga. Artinya bahwa di atas tanah Papua, telah tersedia beragam kekayaan Sumber Daya Alam (Selanjutanya Baca SDA) di atas tanah Papua. Kerena tanah Papua yang demikian, sehingga jangan heran, ketika banyak wisatawan asing yang datang berkunjung ke tanah Papua. sebab, di tanah Papua terdapat sejumlah kekayaan alam yang memiliki potensi (Kekuatan) besar untuk dapat menjamin seluruh kehidupan di seluruh muka bumi ini.
Tidak hanya itu, bahwa tanah Papua juga disebut sebagai Jantung dan Paru-Paru dunia. Artinya bahwa tanah Papua yang memiliki kekayaan SDA itu dapat menjamin dan mensejahterakan Perekonomiaan dari semua Negara. Hal ini dapat dibuktikannya dengan hadirnya PT. Freepot Indonesia, yang sudah dan sedang peroperasi, sebagai tambang emas tertua dan ternama di seluruh belahan bumi. Tambang ini, terletak di Tanah Papua, Kabupaten Miki.
Sejumlah harta benda kekayaan alam yang dihasilkan oleh PT. Freepot ini. Diantaranya seperti, Emas, Nikel, Batu Bara, Uranimu, dan masih banyak sejumlah harta benda lainnya yang sudah dihasilkan oleh tambang ini. Bahkan, Tambang ini masih beroperasi hingga kini di atas tanah Papua.
Akibat dari Eksploitasi terhadap tambang Emas ini, telah mengorbankan hak ulayat setempat., terutama bagi Orang Asli dari Suku Amungme di pesisir pantai mimika barat. Ia telah mengancam eksistensi hak ulayatnya sebagai mama dalam mempertahankan seluruh eksistensi (Keberadaan) hidupnya. Dampaknya, Hinga kini masih dirasakannya oleh Suku Bangsa Amungme, pemilik tanah sakral, Gunung , Nemangkawi Jantung Emas Papua-Dunia.
Selain itu, Mereka juga menjadi korban atas seluruh hidupnya, seluruh kekayaan alammnya yang menjadi ladang (Kebun), tempat, mencari kuskus, ikan, dan sejumlah binatang dan hewan lainnya, seperti babi hutan, rusa, dan lainnya telah punah (Menghilang) dari habitannya. Semuanya, terjadi setalah Limba Tellling mengancam seluh ekositem alam di seluruh alam suku bangsa Amungme, di Mimika. Pada intinya, Orang Papua pada umumnya dan orang Amungme, pemilik tanah suci, Nemangkawi, sudah dan sedang terancam punah atas eksistensi (Keberadaan) hidupnya di atas tanah warisan leluhurnya orang Amungme sendiri.
Akhirnya, Orang Papua di atas tanah Papua sudah dan sedang terancam atas seluruh kehidupannya dan bersama seluruh kekayaan alamnya di atas tanah Papua.
Hilangnya hak hidup di atas tanah Papua sudah dan sedang terjadi. Hal ini adalah sebuah realitas (Kenyataan) hidup yang sudah dan sedang dialami secara langsung oleh OAP di atas tanahnya sendiri, tanah Papua pada saat ini, di Papua. Pertannyaannyaan logisnya, Jika Nasib hidup OAP di atas tanah Papua, sudah demikian (Hidup Susah, dan Terancam), maka siapa yang harus bertanggungjawawab atas seluruh kehiduoan OAP di atas tanah Papua?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Kiranya, Semua pemangku kepentingan yang dapat mengambil kebijakan secara tepat dan sasaran, serta berguna bagi masyarakat Orang Papua di atas tanah Papua dapat mengambil kebijakan yang kongkrit (Nyata) di atas tanah Papua. Misalnya, Gereja, Pemerintah dan Dewan adat di atas tanah Papua turut berpikir untuk menyelamatkan umat Tuhan di atas tanah Papua.
Karena, Untuk itulah Pemerintah, Gereja, dan Dewan adat, serta semua pemangku kepentingan dipanggil dan diutus oleh Allah, dan semua elemen masyarakat. Semua ini dilakukan untuk meciptakan, merubah tanah Papua yang tadinya adalah tanah Papaua yang dijuliki sebagai medang konflik yang subur menjadi Tanah Papua yang Subur akan damai dan bahagia. Semua demi kebaikan bersama (Bonum Comune), Tanah Papua, Tanah Dami, dan Surga kecil yang Jatuh ke Bumi.
*)Penulis, Adalah, Mahasiswa, Papua,Kuliah,di UNCEN, Jayapura, Papua.
Komentar
Posting Komentar