Dampak Budaya


                Foto penulis 

DAMPAK  NEGATIF BUDAYA LUAR, DI TANAH PAPUA

( Refleksi Atas Kontak Budaya Di Tanah Papua )

 

Oleh: Yohanes W. Petege*)

 

Pengaru budaya luar adalah Kontak ilir yang (mengelulu) yang selalu terpatokan pada budaya kontak luar  musiba negatif yang kini menjadi penonjolan aspek yang sangat mematikan dalam hal pendidikan, terlahir secara diam dan (mengelulu) bertubi-tubi diberbagai belahan dunia lebih terjendurung adalah kalangan generasi Papua. intekrasih manusia khusus  generasi Papua yang menjadi agen revolusi sangat termati dengan adanya intekgrasi budaya luar,oleh karna itu,sebagai tombak utama Pemerintah Papua mengharuskan untuk mempertanyakan viralnya budaya luar,karena Papua sangat menyayangkan dengan melihat Medang peran akan populernya kontak luar dan, kondisi yang terlahir di kalangan globalisasi.

Dampak utama yang membasmikan generasi papua ialah aplikasih- aplikasih yang mengviral sehingga masarakat Papua dari kanak-kanak hingga sampai pemerintah-perintah Papua di bunuh dihina dicaci makai melalui budaya budaya luar, logisme adalah perang dingin dalam perbagai kategori sosial budaya. ini berbicara hal faktor negatif yang viral tak akan ada batasan, jika pemerintah papua berteduh di satu posisi.

membagaimanakan kelak hari generasih lebih terjung tanpa  pedomanakan ilmu,krakteristis,norma,etika di papua akan lebih hancur berkeping-keping Maka, dari, itu generasi sebagai agen revolusi Papua tidak terpecah belah di antara publik dengan melihat secara fisik jangan mempelajari generasih ini dengan hendpone terutama dan pertama di setiap tunggu api keluarga di haruskan orang tua mengawasi anak-anak di bahwa usia 6 s/d 12 tahun bila perlu hinngga usia menenga pertama mengapa secara materialisme generasi futur Papua bukan mitos ataupun humor tetapi futur, futur dan futur Papua dan Papua Barat.

Dengan melihat pengaru budaya luar. Nilai budaya Papua yang di lestarikan dari leluhur,generasi-kegenerasikini menjadi tinggal kenangan pewarisan target utamapun; di lensa oran-orang papua sangat minim disebabkan oleh budaya kegelapan dan kita bisa melihat meraba dengan bentuk fisik tidak melewatkan pengaru itu dan isu viral menjadi faktor negatif bagi orang-orang Papua dan Papua Barat.

Dunia luar mencari kemenagan dengan adanya solusi melalui berita-berita hoax aplikasih, video, musik, viral-viral yang membunuh sekelompok dan individual sosial budaya di Papua.

Dunia terus berputar, arus global terus membasmi tak ada batas untuk merenungan budaya luar. kita sebagai orang berpotensi musiba budaya luar tidak bisa di katakan absurd meman absurd itulah membahwa dalam kearusan generasih Papua dan Papua Barat sehingga dimana keberadaan sesesorang terjembatani dan seakan-akan arus itu menyatu aktifitas maka perjuangan tersebut .

Salah satu pengaru budaya luar yang membasmi jati diri orang Papua  dengan kepunahan budaya dan tidak bisa melestarikan budaya Papua dan Papua barat yaitu bahasa:

Yakni bahasa daerah asli penduduk tandia, distrik raisei di Kabupaten teluk mondama Papua Barat satu lagi,

Adalah bahasa mawes yang Di tuturkan oleh masarakat kampung maweswares distrik Bonggo, kabupaten sarmi, Provinsi Papua.

Karena adanya kepunahan dua konteks bahasa asli daerah papua maka yang terlulu saya mengajikan sementara kontak budaya luar itu melulu viral dan bertumbuh di tengan-tengan masarakat papua dan Papua barat sebagai manusia berbudaya etika moral tetaplah kita menjadi jembatan tower untuk mengupaya melestarikan berdasarkan tuju unsur budaya

Kita, sehingga futur generasi pun memiiki berdasarkan sumber-sumber plestarian Jati diri Orang Asli Papua (OAP). sala satu upaya mejaga dan melestarikan budaya jati Papua adalah para yudikatif dan exsekutif adalah birograsi hakiki faktual mengsosialisasikan dilapangan masarakat untuk menghambatkan budaya viral kontak luar yang kini menjadi ragam lingkaran kekerasan menyerangan di kalangan masarakat Papua dan papua barat dengan demikian apabila tidak apes dengan kontak dingin dari luar maka alur besar kekerasan akan terdampak kita (OAP)saya menempatkan ini mejadi tematik bahwa viral-viral luar kelak orang papua asli akan nestapa karena budaya papua dengan futur menjadi kisa nestapa, Papua menjadikan bangkit untuk mengingat masa canggi blok luar dan merefleksi menjerumuskan nilai sikap budaya yang kini perlahan punah .

Budaya luar menjadi mateliasme minat datang secara (menep) diam dan ia memangsakan dipelbagaian alur global dengan penusukan internal dan external pengikutan global budaya dan faktor untuk mematikan nepotisme ini menciptakan budaya dan mewarnai mengharumkan jati sebagai nirmala orang papua .

"Refleksi "

Melihat dan memandangi dengan adanya kontekslitas perkembangan diatas Tanah Papua seakan-akan belahan dunia (OAP) Orang Asli Papua mejadikan (Minah) Pelabuhan kontak luar dan kita orang Papua mengelulu target penonjolan kepadanya. Jangan membudahkan generasi futur Papua dengan patikalisme budaya kontak dingin.

 

Satu hal yang kita harus melestarikan adalah mengayomi miona karena adanya pertumbuhan miona perputaran arus kontak gelap akan menuju (revolusi futur faktual) perubahan masa depan yang baik, sinar (metari) matahari dan, efektif.

 

Misteri kontak dingin bergairah disetiap aspek kepelbagaiaan kegitaan maka direfisikan masing-masing kontak utuma entah itu pendidikan, pemerinta,masarakat,agama, rhas  lebih optimisme budaya yang semakin hari semakin modar melalui budaya budaya luar yang berkembang pesat di papua dan papua barat mengapa demikian karena setiap insangan {OAP} hidup berdasarkan tiga nilai kategori universal yaitu :

Budaya adalah :

Nilai tertinggi yang mendasari jati diri (OAP),

Agama adalah :

Landasan hidup kiri teria manusia dan pedoman hidup sebagai orang kristiana wadah nirmala .

Pemerintah adalah:

Jembatan masarakat yang mendiami dengan adanya landasan peluru publik.

Kemudian bahasa penutur puncak jaya terancam punah di tengan-tengan publik yang mendiami kampung lumo, distrik lumo kabupaten puncakjaya Provinsi papua bahasa yang menutur dari leluhur adalah kampung Gilibe, Kampung Kilulumo, dan kampung Iratoi Doktor dari Universitas oxford willem burung, menjelaskan dalam diskusi tentang peran linguistik dan kepunahan bahasa di hotel sahangri-la,jl jendral sudirman, jakarta pusat, kamis

(30/8/2018).

Willem memberikan penjelasan contoh bahasa wano sebagai bahasa yang terancam punah.

Wano merupakan bahasa yang di gunakan di papua yang di gunakansekitar 7.000 Orang bertutur sebagai jati. menurut doktor Willme beliau menjaskan hasil ofservasi bahwa kepunahan bahasa terjadi karena adanya ketergantungan kontak dengan pihak luar sebab berlahan- lahan bahsa tersebut punah total maka dari itu kultural lebih faktual bagi kita sebagai makluk sosial yang memiliki jati manusia menyatu komitmen diri berbudaya makmur dan insawan berkompeten untuk budaya kontak luar belahan papua dikalanagan generasi global faktor menyebabkan dari komit kamit peran dingin luar melandasi melalui film, aplikasi-aplikasi viral kini menjadi pintu pokok pembunuhan futur Papua dan Papua barat.

 

Dunia modern perkembangan ilmu teknologi sangat pesat berdampingan dengan pelbagai musiba-musiba menhambatkan watak berpikir wawan peninkatan karena adanya video-video pornografi, tata cara penampilan berpakean, seksualitas intim, sekumpulan kebo/ kerbau sehingga (futur) masa depan generasi yang baik ikut terjung maka hapan buntuh dan sirnah hapan dipenonjolan kontak dingin dari luar .

 

Budaya papua (vakum)kosong tidak memperlihatkan oleh faktor budaya luar jika kita sebagai pemengan pedoman budaya jati kita siapa lagi melestarin jati diri kita bukan sekarang kaapan lagi bukan saya siapa lagi lebih indah menangis sambil mewarnai dari pada orang lain datang menghiasi mengajarkan sambil mengertawakan ber-rontak-rontak saya sebagai sebagai Putra Papua Asli malu dan malu menangis dan tangisan berlimpa limpa memandang karena mengaji faktor budaya luar seakan akan pelengkapan budaya menjadi patokan utuma bagi orang papua ialah budaya-budaya luar bukan jatinya ataupun jubanya .

 

Tampa berhitung hari, bulan, tanhun budaya akan menjadi kenangan perisan warisan  bukan jati waris karena budaya luar akan jadi keamanaan dan di situ banyak orang berbondong  mencari pinti budaya yang kini terjadi seperti fredoom Papua sudah merdeka sekian tahun 19 an namun keadilan menghambat dan tercipta keamanaan sebelum semua menelusuri faksi marilah masakarat papua dan papua barat bangkitkan budaya jatinya melupakan kontak luar lebih (faktual) lebih baik jadikan (vakum) kosong.

 

Untuk menja (kawi) kuat jati kita supaya melalui kawi jati menviralkan di belahan dunia ini dan kita pun berupaya melambangan jati sebagai jalan menentu kesuksesan  dalam perbidanagan apapun lebih mendalam lagi yaitu mencantumkan didinding lembarang rumah sebagai pengakuan bahwa diriku jati asli papua.

 

Marilah bapa, ibu, adik, kaka dengan penuh tangisan kegembiraan kita menunjukan melestarikan prestasi budaya kita(OAP)yang lebih baik dari tahun bulan hari kemarin yang tersilan kita semua mengagap bahwa pengalamaan adalah bahan sumber umum yang mengkategorikan dalam bentukpeka gaya materi (revolusi) yang baik hari ini futur dan selamanaya karena adanya pengalaman materialisme praktisme berjalan dengan (faktual) lebih baik dan (efektif) jelas (logisme) penalaran kita .

 

                                              *Materialisme&praktisme universal*)

Mengalurkan dan melestarikan budaya menjadi faktual materi adalah Nilai-Nilai tertiggi yang mewarisan dari  leluhur kenerasi ke generasi sebagaimana dijadikan sebagai simbol jati jubah {OAP} tampa vakum dan itu ialah bahan kategori dalam bentuk peka` unikan. harus Merefleksikan jati diri kita dan merenung kembali hasil budaya yang bertampur dengan adanya kontak luar dinginsehinggaa dapat menggali kembali melalui refleksi-refleksi sebagai berikut !

Bukan saya yang melestarikan jubahku siapa lagi ?

Bukan jubah jatiku, jubah siapa lagi ?

Bukan identitasku, identitas siapa lagi ?

Bukan futur revolusiku, futur revulusi siapa lagi ?

Dengan budaya menuju revolusi faktual tidak ada lewes di antara kitas orang papua. orang papua memiliki hakiki wasi dan, kita pun belajar memeperjuangkan serasi dengan orang wasi karena verba adalah pokok kebahasan batang tubuh budaya jati atau jubah diri kita.

 

Setiap (qamar) bulan tercipta musiba-musiba kontak budaya luar untuk melantarkan orang papua melalui budaya yang erahmenjadi jembatan utama untuk memusnakan budaya papua beserta belahan tanah papua wajar kau bersalahkan saya tetapi tak sewajar itu kau mempunah kan manusia tak bersalah dengan kontak budaya gelapmu itu.

Ya Tuhan hendakkan mendengar suara tangisan anak budaya papua bagi semua masarakatku kini masih melintasi garis garis halan papua sehingga budaya selalu mengelulu dan menpedomankan dalam jalan interaksi sebagai menjaga harumnya budaya berkulit hitam tampa budaya manusia bentuk menalu yang memiliki batasan datangnya musim benalu mati dan tak dapat membangkitkan kembali dan, berkelanjutan:

Budaya papua perlu di rawat hingga berlimpa-limpa jangan jadikan menalu yang burung datang menghinggapi bertolor-tolor kemudian hilang tampa jejak masa depan lebih faktual untuk generasi berikutnya mengapa karena tak ada budaya identitas jati hilang mesti pengakuan orang asli papua sama halnya dengan vakum.

Budaya jubah jika terviral dimana-mana maka dunia akan mengenal letak papua yang sesunggunya demikian pula (OAP) yang berziarah di permukaan bumi cenderawasih,Oleh sebab itu,melahirkan nilai budaya nilai basaha dimana kita berglobalisasi berbincang,maka pelestarian berlahan-lahan akan meningkat walapun tidak selalu melulu untuk  partisipasi di lapangan berdasarkan bentuk (materialisme) materi ilmu pengetahuna dan (praktisme) bekerja / belajar bentuk fisik .

Memerdekaan sesuatu mestinya melahirkan (Qamar) jelas sesunggunya dengan jiwa dan bating manusiawi sebagai mestinya kita kenal freedoom nah budaya itupula di qamarkan dan menghindari budaya budaya luar agar papua melihat dipandang lebih indanya akan budaya koteka mogee.

bahasa-bahasa perbincangan di setiap suku bangsa papua yang ada akan tiga jati/jubah diri. Dengan bentuk fisik mental krakteristik pandangan (OAP) Orang Asli Papua sedang komfik menginovasi dengan adanya viral-viral kontak luar dan kami mengupayakan dengan istrategi apa?

 mengirenovasikan viral-viral kotak budaya gelap itu supaya semua menjadi bahan materialisme bukan untuk praktik .

Inslan bukan melatih sebuah permaianan namun inslan kata inslan meletakan posisi sebagai tatacara menggunakan berpakaian kita orang papua maka dari itulah viral budaya luar semakin hari semakain punah di hadapan lensa pintu orang papua dan disitulah nilai kebagaan akan terharum dengan sendirinya,

Mengakui kesalahan adalah Rantai panduan tuhan yang mengelulu di setiap kontek kepelbagaiandan, keberhasilan yang bertumbu secara kelimpahan dalam bentuk pengembangan diri dari pada.

menyembunyikan kesalahan lalu memegan tegukan budaya lain megapa?saya bisa katakan mengakui adalah keberhasilan faksi karena meman kecelaka pada posisi budaya anda dan saya menyelamatkan sehingga tujuan dari pada berdiri dengan harmonis akan adanya suku bangsa yang beradat hukum papua dan papua barat etnogafi bangun tegagh

 

)*Penulis,Adalah,Mahasiswa,UNCEN, Jayapura,  papua.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN DENGAR KATA MEREKA

Tanah Papua, Medan Komfik Paling Subur

Maunii (Kapak Batu suku Mee)