kau adalah yang aku perna menulis
( Kau adalah yang Pernah Aku Menyair )
Oleh: Yohanes W. Petege*)
A. Apa yang dimaksud dengan kau adalah yang pernah ku Menulis ?
Demikian kau adalah yang aku pernah menulis dan, kamu adalah yang pernah aku lalui di waktu itu. Hari ini waktu ini ijinkan daku menulisnya sebentar jikalau waktu makan waktu itu konsekuensi panduan dirinya sekalis diriku .
Di setiap lembaran getaran diriku mengelulu dengan keterterikan bahwa kau adalah bintang yang pernah kutempu dan kau pula yang aku mencoretkan setetes tinta hitam di lembar ketas yang belum pernah di sentu bahkan belum di nodai oleh siapa pun ia dan, bukan diriku namun atasan kepupusan mata rantai darinya kemudian berkelanjutan:
Kau pula yang telah melahirkan menciptakan sebuah hakikat lembar kertas ini untuk menodai. kemudian dengan pedapatan sebuah argumen tintah hitam ini sekiranya dapt berwujudan dari maksud da, tujuan utama adalah sebagai tanda perpisahan. maaf jika diriku yang vakum memaksa nya untuk meminta ijin dalam kontek mencoretkan kau adalah yang pernah aku menulis dan, kau adalah yang pernah aku lalui bahkan kau merupakan bagian dari sebuah tinta hitam yang kini waktunya saya perihalkan di muka gerban mata, satu dunia yakni buku suci dirinya meminta menodai sekaligus kebersamaan batin jiwamu.
Hay kau adalah yang pernah kita lalui dalam sebungkus mata rantai dan kau pula yang pernah katakan bahwa seribuh bintang yang dapat menerangi lembar cakrawalah di antara beribu bintang aku dapat menempu dan. memijat hanya satu yakni kau yang selalu aku hidupkan di setiap alur kondisi gelap maupun redupan itulah perkataankanmu di saat gelombang angin itu lomparkan seketika kegandengan kedua tangannya tidak bisa dilenyapkan.
Dalam lemabar ketampuran malam penuh dengan keindahan kunang-kungan diperwira dermaga cakrawalah dan, cakrawalah itu kaupun mengibaratkan bahwa “keindahan cakrawalah bagaiakan condongan keteguhan mata rantai kita berdua” namun sayangnya beribuh-ribu bintang datang hadir di waktu yang di manajemenkan. kemudian di saat itu agin malam penampar pipi melapisi lembar tenkorak kau pun termenu sekaligus tertidur, perlanjutan:
Ketermenuan dan ketertiduran membuat tujuan keinisiatifan yang besar untuk melupakanku dan mematahkan tunas kencangan cintah kita. kemudian berdasarkan konsekuensi itu dapat aku melahirkan sebuah argumentasi yang cukup kau puas selama hidupnya, Apa itu ? “Kau Adalah Yang Aku Pernah Menulis dan Kau Adalah Yang Aku Pernah melupakannya”.
B. Apa Tujuannya aku Menulisnya ?
Setiap sudut perjalan kini aku menulis berdasarkan konsep-konsep aspirasinya di waktu-waktu kau memakan hati sukma diriku. tujuan daripada aku menulis tentang kau yang pernah aku lalui adalah tidak bermaksud untuk menyakitinya melalui tulisan tinta hitam ini namun melainkan menyembuhkan dimana jejak luka sukma yang terbekasih olehnya. terbekasihnya bukan seribuh artinya bekas sukma namun materi yang kau dambakan kepadaku supaya setiap sudut alur yang ada lubang dapat menutupi dengan nilai materialisme bekasih sukma.
Aku telah mengetahui seluk, beluk, lahir bating dari pengalirang hati nuraninya yang paling dalam dan, berdasarkan konsep hati pendalaman ini tibahnya waktu diriku harus meyairkan kau yang sebenarnya dan kau yang aku terlupakan selamanya.
selamanya diriku pergi dan tidak akan kebali lagi sepertinya kau pernah katakan diwaktu beberapa tahun lama yang terselam bahwa. diriku akan pergi dan tidak akan kembali lagi; kemudian diriku berdiri dan mulai timbul benar kita hialang harapan untuknya.
setelah aspirasinya berlabu di dermaga lembaga berroda dua, diriku pula. bertanya mengapa dikau sudinya meniggal aku hari spesial artinya di hari aku terdampar sakit tidak tertolong di runag sepi ku bertemani hanya lembar ilustrasinya ?
Demikian kau adalah yang aku pernah menulis dan kau adalah yang pernah aku lalui di waktu ini ijinkan daku menulisnya sebentar jikalau waktu makan waktu itu konsekuensi diriku. di setiap lembaran getaran diriku mengelulu dengan keterterikan bahwa kau adalah bintang yang pernah kutempu dan kau pula yang aku mencoretkan setetes tinta hitam di lembar ketas yang belum pernah di sentu bahkan belum di nodai oleh siapa pun ia dan, bukan diriku namun atasan kepupusan mata rantai darinya kemudian berkelanjutan:
Kau pula yang telah melahirkan menciptakan sebuah hakikat lembar kertas ini untuk menodai. kemudian dengan pedapatan sebuah argumen tintah hitam ini sekiranya dapt berwujudan dari maksud da, tujuan utama adalah sebagai tanda perpisahan.
maaf jika diriku yang vakum memaksa nya untuk meminta ijin dalam kontek mencoretkan kau adalah yang pernah aku menulis dan, kau adalah yang pernah aku lalui bahkan kau merupakan bagian dari sebuah tinta hitam yang kini waktunya saya perihalkan di muka gerban mata, satu dunia yakni buku suci dirinya meminta menodai sekaligus kebersamaan batin jiwamu.
“ Kau pun jawab realita mata rantai tidak bertunas kedua kalinya kemudian diriku menjawab pula bahwa kau benar mengapa demikian karena kau pergi lumpukan penharapanku dan kau pergi mencucurkan air mata sekaligus menkuburi mempatakan sebuah ketunasan itu”
Maafkan diriku yang penuh dengan bekasinya sukma dengan semua ajunan dengan semua hanarki pada realita hari aku tidak dapat membalas bukan karena bodoku mata rantai bukan namun hanya karena penungguan kesempatan.
kesempatan membutuhkan dan unsur definisi akan dapat saya mengajikan di fragraf baru dibahwanya,. ku terjatuh dengan aspirasih budaknya melainkanwaktu. perlanjutan:
belum tibah terlahir di hari seindahmu tetapi waktuku telah tibah dan aku memulai dengan kebasannnya melalui tulisan tinta hitam karena tinta hitam dapat mengenankan untuk membonkar sekaligus menjawab seribu pertanyaan yang kau perna titipkan bersumberis seperti (PR) pekerjaan rumah bagiku.
C. Refleksi Catatan I:
“Ijinkanlah saya memintah maaf kepada mu jika ada serangkai yang dapat membuat dirinya tidak menyenagkan kepadk”
“Maafkanlah aku apa bila lampu alur mata rantai tidak meninjol dengan efesifisnya
bahkan adapun ulah dariku”
“Inilah aku yang kau pernah lumpuhkan
bekasih sukma”
“Inilah diriku yang kau pernah lilitkan retorika cinta ”
“Inilah diriku yang kau pernah menyiksa tampa alasan”
“Inilah tunas yang kau pernah kepikan dalam perjalanan cintanya’’
Inilah diriku yang sebernarnya yang kau perna patankakn dan yang kau pernah lumpuhkan bersama harpankan ku yang ku sudah sekian lama bersama komitmenkan depan gerbang nun papua, namun semua kumenyadari bahwa ini sebauh refleksi yang mesti menjadikan paduan dalam benak surah yang terpatah selalu ku sebut nama hay kau yang aku pernah menulis dan hay kau yang pernah aku lewatkan berdasarkan kedua argement kini dapat mendasi dengan sekoko di setiap kriteria haluan hidup dan aka kelak ku sebut permata yang kejam di mata komentmen gerban papua.
D. Kesimpulan ?
Tak ada kesimpulan sekaligus tak ada bahan refleksi dalam perjalanan hidup dan selma dunia percintaan dalam menyatuan sehigga penulis dapat mengajikan kesimpula dari yang ada:
Demikian kau adalah yang aku pernah menulis dan kau adalah yang pernah aku lalui di waktu ini ijinkan daku menulisnya sebentar jikalau waktu makan waktu itu konsekuensi diriku. di setiap lembaran getaran diriku mengelulu dengan keterterikan bahwa kau adalah bintang yang pernah kutempu dan kau pula yang aku mencoretkan setetes tinta hitam di lembar ketas yang belum pernah di sentu bahkan belum di nodai oleh siapa pun ia dan, bukan diriku namun atasan kepupusan mata rantai darinya kemudian berkelanjutan:
Kau pula yang telah melahirkan menciptakan sebuah hakikat lembar kertas ini untuk menodai. kemudian dengan pedapatan sebuah argumen tintah hitam ini sekiranya dapt berwujudan dari maksud da, tujuan utama adalah sebagai tanda perpisahan.
maaf jika diriku yang vakum memaksa nya untuk meminta ijin dalam kontek mencoretkan kau adalah yang pernah aku menulis dan, kau adalah yang pernah aku lalui bahkan kau merupakan bagian dari sebuah tinta hitam yang kini waktunya saya perihalkan di muka gerban mata, satu dunia yakni buku suci dirinya meminta menodai sekaligus kebersamaan batin jiwamu.
Demikian kau adalah yang aku pernah menulis dan kau adalah yang pernah aku lalui di waktu ini ijinkan daku menulisnya sebentar jikalau waktu makan waktu itu konsekuensi diriku. di setiap lembaran getaran diriku mengelulu dengan keterterikan bahwa kau adalah bintang yang pernah kutempu dan kau pula yang aku mencoretkan setetes tinta hitam di lembar ketas yang belum pernah di sentu bahkan belum di nodai oleh siapa pun ia dan, bukan diriku namun atasan kepupusan mata rantai darinya kemudian berkelanjutan:
Kau pula yang telah melahirkan menciptakan sebuah hakikat lembar kertas ini untuk menodai. kemudian dengan pedapatan sebuah argumen tintah hitam ini sekiranya dapt berwujudan dari maksud da, tujuan utama adalah sebagai tanda perpisahan.
maaf jika diriku yang vakum memaksa nya untuk meminta ijin dalam kontek mencoretkan kau adalah yang pernah aku menulis dan, kau adalah yang pernah aku lalui bahkan kau merupakan bagian dari sebuah tinta hitam yang kini waktunya saya perihalkan di muka gerban mata, satu dunia yakni buku suci dirinya meminta menodai sekaligus kebersamaan batin jiwamu.
“Ijinkanlah saya memintah maaf kepada mu jika ada serangkai yang dapat membuat dirinya tidak menyenagkan kepadaku”
“Maafkanlah aku apa bila lampu alur mata rantai tidak meninjol dengan efesifisnya bahkan adapun ulah dariku”
“Inilah aku yang kau pernah lumpuhkan bekasih sukma”
E. Saran ?
Putus cinta dapat mengajarkan kita yang pernah jatu kepada lawan jenis bukan untuk kita rapu, lemah, patah, dalam kontek semua aliran perjuangan namun, cinta datang mengisi ruang yang kosong sementara ia menuggu sosok yang Tuhan menitipkan kepadanya sebab lanjut; cinta putus untuk menguatkan bukan melemakan bukan pula mematakan namun ia datang membagkitkan dan mengobati ruang kosong yang adapun memiliki kecelaan melalui keputusan kepupusan cinta sehigga dapat membagun panduan aspirasi yang baju kedepan bukan mundur kebelakan dan dengan cinta seseorng bisa membuktikan bahwa dari cinta kecantikan dasn kegantengan tidak bisa mengalakan perjuangan karena cinta kecantikan hanya sebuah perbatasan yang sekedar menghidupi anak tangga di dunia cinta dan dunia nyata ini.
Melalui kepupusan cintah selayaknya kita membagun sebuah lampu yang serasi dengan sebauh matahari yang datang menerangi dunia sekaligus isinya ini artinya kita harus merunjuk kepada orang yang pergi bahwa aku bisa dan saya siap menerangi mu dengan apa yang kita akan dapat dan, cukup dengan itu. cinta terkadan bersemi kembali itu akibatnya keinisiatifan bukan romantis dari hati nurani manusia melainkan sebuah lampiasan kepadanya.
pesankan kepada ia yang pergi bahwa? jangan datangkan cintamu dari mata tetapi datangkan dari ilur yang sulit untuk orang lain mencabut supaya? ...............?
Salam penulis" busur kecil
Editor : admin
)* Penulis, Adalah, Mahasiswa, UNCEN, Jayapura, Papua.
Komentar
Posting Komentar